Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 07 Desember 2012

Antibiotika Bisa Memicu Alergi

Selain menimbulkan efek samping, ada sejumlah orang yang mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi antibiotika. Kalau sebelumnya seseorang sudah tahu alergi dengan antibiotika tertentu, sudah pasti ia tidak akan diberikan antibiotika tersebut.

Reaksi alergi yang ditimbulkan bisa bermacam-macam. Yang paling sering adalah gatal di kulit atau urtikaria. Yang berbahaya, apabila terjadi edema atau bengkak pada tenggorokan yang membuat seseorang seperti tercekik.

Reaksi lain, ada yang mencetuskan gejala asma, seperti sesak napas. Reaksi serius lainnya adalah sindrom Steven Johnson, yang membuat seluruh permukaan kulit pasien meradang. Bahkan, kemudian timbul vesikel seperti cacar air di seluruh tubuh. Apabila kondisi ini terjadi, pasien harus segera dirawat karena situasinya sudah darurat. Namun, yang paling ekstrem adalah muncul shock anafilaktik hingga berujung pada kematian.

Antibiotika golongan penisilin, disebutkan oleh Dr.J.Hudyono, MS.Sp.Ok, biasanya menimbulkan alergi. Itu sebabnya, para dokter lebih berani memberikan penisilin saat pasien berada di rumah sakit yang memiliki alat untuk kondisi gawat darurat.

Mengingat kemungkinan efek samping, termasuk reaksi alergi dan bahaya resisten, Dr.Hudyono memberikan sejumlah saran sebelum mengonsumsi antibiotika.

1. Konsumsi antibiotika sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter, baik untuk dosis maupun lamanya.

2. Sertakan pula informasi kepada dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap antibiotika.

3. Jangan berinisiatif menggunakan antibiotika atas keinginan sendiri karena penyakit yang diderita saat ini belum tentu sama dengan penyakit sebelumnya.

4. Jangan memberikan antibiotika kepada anggota keluarga lain meski kasusnya hampir sama. Antibiotika itu belum tentu cocok bagi mereka. Apalagi kalau kemudian anggota keluarga tersebut memiliki alergi yang bisa membahayakan diri mereka.

5. Tidak meminta antibiotika kepada dokter. Ingat, antibiotika digunakan untuk infeksi bakteri dan bukan infeksi virus. Jadi, kalau sakit flu yang disebabkan oleh virus, tidak perlu antibiotika.

6. Ubah pola berpikir bahwa penyakit apa pun apabila tidak diberi antibiotika tidak bakal sembuh. Yang benar adalah, antibiotika digunakan sesuai dengan bakteri yang menginfeksinya
by dechacare

Hindari Menjemur Pakaian di Dalam Rumah

Di musim penghujan seperti sekarang tentu sulit mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan pakaian. Namun, menjemur pakaian di dalam ruangan sebenarnya tidak dianjurkan karena bisa memicu penyakit asma.

Penelitian yang dilakukan tim dari Mackintosh School of Architecture di Glasgow, Skotlandia, menemukan bahwa menjemur pakaian di dalam ruangan akan meningkatkan kelembaban udara sampai 30 persen.

Berdasarkan survei terhadap 100 rumah yang mereka lakukan, hampir tiga perempat rumah memiliki tingkat kelembaban yang bisa memicu pertumbuhan kuman dan tungau. Kondisi tersebut bisa meningkatkan risiko asma dan penyakit alergi lainnya.

Survei tersebut dilakukan pada musim dingin tahun 2011 dan menemukan sekitar 87 persen rumah tangga menjemur pakaian di dalam rumah dan dua pertiga menjemur di dekat sumber panas seperti radiator.

Para peneliti mengatakan bahwa model arsitektur yang tertutup rapat untuk meminimalkan pengeluaran energi sering kali tidak diikuti dengan ventilasi yang baik. Akibatnya, uap air sulit untuk menghilang.

Menurut Malcolm Richardson, profesor bidang studi jamur dari Universitas Manchester, Inggris, ada berbagai tipe kapang, tetapi hanya 10 jenis yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan, seperti sinusitis, bronkitis, alergi, dan gangguan pernapasan lainnya.

Kapang adalah jenis jamur yang tumbuh di tempat di mana kelembaban terperangkap di udara, misalnya di kamar mandi, tempat cuci piring, mesin cuci, mesin pengering, dan di dapur. Bisa juga ditemukan di tanah dalam pot tanaman.

Setiap genangan air juga bisa memicu tumbuhnya jamur. Jika pertumbuhannya cepat, jamur bisa terlihat dalam hitungan bulan sampai tahunan. Rumah yang tidak memiliki ventilasi yang baik juga menjadi tempat favorit jamur.

"Tempat yang jadi favorit jamur untuk tumbuh di rumah adalah wallpaper, lantai, serta di balik lantai dan di sekitar jendela," kata Richardson.

Menghirup udara yang memiliki spora jamur bisa mendatangkan dua efek, yaitu infeksi pada orang yang memiliki sistem imun lemah serta reaksi alergi terutama asma. Gejala-gejala alergi jamur bisa berupa batuk, rasa lelah berkepanjangan, iritasi mata dan tenggorokan, sakit kepala, iritasi kulit, ataupun rasa mual.